Jumat, 02 Desember 2011

DETIK-DETIK AKHIR KEHIDUPAN


DETIK-DETIK AKHIR KEHIDUPAN


Assalamualaikum wr wb..
ada sedikit yang ingin ana share..semoga bermanfaat..
khususnya diri ana pribadi..

www.dudung.net
Oleh : sis zainudin/1. Masyahidul Ihtidar oleh Syaikh Abdurrahman
as-Syayiâ™ dan Sultan Fahd ar-Rasyid

Katakanlah: "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan
mematikan kamu; kemudian hanya kepada Rabbmulah kamu akan
dikembalikan. (As-Sajdah:11)
Hari demi hari, bulan demi bulan, bulanpun berganti tahun. Berpuluh
tahun yang lalu, waktu itu kita masih dalam rahim ibunda, kemudian
terlahir menjadi bayi mungil yang menggemaskan, lalu tumbuh menjadi
balita yang lucu, dilanjutkan dengan menjadi anak-anak, kemudian
remaja dan jadilah seperti sekarang yaitu menjadi dewasa, menjadi
orang tua anak-anaknya ataupun sudah mempunyai cucu. Karena
sunnatullah, sebuah ketetapan dari Allah Subhanahu wa ta'ala seiring
dengan berjalannya waktu kita manusia pasti akan berubah menjadi tua
dan kemudian mati.

Begitu kira-kira gambaran sederhana tentang siklus hidup manusia di
dunia. Dalam perjalanannya, kadang-kadang ada orang yang melewati
hidupnya sampai ia berumur seratus tahunan lebih, 80an, 60an, atau
rata-rata manusia dapat bertahan hidup. Ada pula yang hanya menikmati
kehidupan hanya separuh abad. Namun tak jarang pula, yang masih muda,
badan terlihat sehat dan sempurna, tidak sedikit yang sudah meregang
nyawa, tentu dengan cara dan jalan yang berbeda-beda. Dan banyak pula
cerita tentang bayi yang masih dalam kandungan yang belum sempat
merasakan hidup di dunia, dan belum sempat merasakan hangat pelukan
Ibunya, dibunuh (aborsi) oleh ibunya sendiri lantaran kehadirannya
tidak dikehendaki, karena kehamilannya buah dari hubungan yang
terlarang yang bisa membawa aib bagi diri dan keluarganya,
na'udzubillah min dzalik.

Karena ajal memang tak pernah memilih kita sudah tua atau muda, masih
panjangkah jatah waktu kita hidup ataukah sudah habis masa untuk
berpijak di bumi ini. Dan kebanyakan dari manusia melupakan akan
datangnya kematian, mereka lupa kalau ajal selalu mengintai di manapun
mereka berada. Mereka terlupakan oleh ramainya dunia, terlena dengan
manisnya syahwat, silau dengan gemerlapnya harta. Terlalu sibuk dengan
keinginan-keinginan yang belum kita capai. Adalah baik ketika
keinginan atau cita-cita kita adalah hal yang berorientasikan akherat,
tapi kebanyakan dari kita dilenakan oleh keinginan-keinginan yang
bersifat kesenangan semu belaka.

Sampai-sampai kita lupa bahwa kematian sudah sampai di pelupuk mata.
Semua terperdaya oleh hingar-bingarnya dunia ini. Kebanyakan waktu
hidupnya digunakan untuk sibuk kesana-kemari menggali, mengelola dan
menumpuk harta. Dan saat-saat ketika sakaratul maut itu datang
menghampiri barulah ia sadar betapa kehidupan di dunia amatlah
singkat, dan merataplah ia dengan penyesalan yang sangat ketika
menyadari bahwa umurnya telah habis untuk urusan-urusan pangkat,
syahwat dan harta. Tinggallah kini menunggu kedatangan malaikat maut
dan merasakan betapa tersiksa dan sakitnya saat sakaratul maut. Sakit
yang tak dapat dikira karena amat terasa sakitnya.

Sebagian ulama menegaskan bahwa rasa sakit pada sakaratul maut hanya
diketahui hakikatnya oleh orang yang sudah merasakannya. Orang yang
belum merasakannya tentu hanya bisa mengetahuinya sekedar berdasarkan
analogi dengan berbagai rasa sakit yang pernah dirasakan.
Rasa sakit pada sakaratul maut langsung menghunjam ruh itu sendiri
sehingga menerobos seluruh organ-organ tubuhnya, seluruh jaringan
sarafnya, seluruh urat-urat. di tubuhnya, bahkan juga seluruh
persendian tubuhnya, hingga merambati akar rambut dan kulit dari atas
kepala hingga ujung kaki
Jangan tanyakan rasa sakitnya. Sehingga sebagian orang mengatakan
bahwa Kematian itu lebih menyakitkan daripada sabetan pedang, daripada
gigitan gergaji dan sayatan gunting, karena rasa sakit akibat sabetan
pedang, gigitan gergaji, dan sejenisnya hanya dirasakan karena adanya
ruh atau nyawa. Bagaimana pula apabila yang dicabut adalah ruh sendiri
? Orang yang ditebas pedang masih dapat berteriak minta tolong karena
masih tersisa kekuatan dalam hati dan pada lisannya. Akan tetapi orang
yang menghadapi sakaratul maut sudah kehilangan suara dan teriakannya,
kekuatannya sudah melemah, dan energi tubuhnya sudah musnah. Hal ini
karena musibah sakaratul maut terkadang terlalu berat sehingga
menguasai hati dengan rasa sakit yang dahsyat sehingga melumpuhkan
seluruh anggota tubuh, mengguncang seluruh organ tubuh, dan melemahkan
seluruh jengkal bagian tubuh, sehingga tidak tersisa lagi kekuatan
untuk meminta pertolongan.

Bahkan, akal sekalipun telah tertutupi dan terganggu pula karena rasa
sakit sakaratul maut; sementara lidah tiba-tiba menjadi bisu. Seluruh
anggota tubuh menjadi lemah. Orang yang berada sakaratul maut berharap
untuk dapat beristirahat sejenak melalui erangan dan teriakan atau
melalui cara lain. Akan tetapi ia tidak mampu melakukannya. Kalaupun
masih tersisa kekuatan, pasti saat ruh dicabut dan diangkat dari dalam
tubuh akan terdengar gerengan dan suara kerongkongan dan dadanya.
Namun, saat itu warna tubuhnya sudah berubah dan rasa sakit sudah
menyerang seluruh tubuhnya, bagian luar maupun bagian dalamnya. Hingga
akhirnya bagian hitam matanya naik sampai menyentuh kelopak mata,
sementara lidah tertarik ke dalam hingga pangkalnya dan jari jemari
juga menjadi kaku.

Maka, jangan ditanya lagi kondisi orang tersebut tatkala urat-uratnya
seperti tercabut satu persatu. Masing-masing anggota tubuh kemudian
mulai menjadi mati secara bertahap. Mulanya kedua kaki menjadi dingin,
lalu kedua betisnya, kemudian kedua pahanya. Masing-masing anggota
tubuh mengalami sakaratul maut dan mengalami musibah rasa sakit pada
saat itu, hingga nyawa sampai di kerongkongan. Pada saat itulah
pandangannya terhadap dunia dan penghuninya mulai sirna, dan pintu
tobat pun sudah tertutup baginya. Dan tinggallah penyesalan dan
kekecewaan yang mendalam menggelayuti dirinya.
Saudaraku tercinta, tidakkah engkau mengetahui bahwa kunjungan
malaikat maut itu adalah sesuatu yang pasti ? telah ditakdirkan
semenjak masa azali, panjang ataupun pendek umur kita ? Tidakkah kita
menyadari bahwa kita semua hanya musafir yang akhirnya akan sampai
tujuan dan meninggalkan perjalanannya ? Tidakkah kita menyadari bahwa
perputaran hidup ini pasti berhenti, dan perputaran usia semakin
mendekati penghujungnya ?.

Tidakkah kita menyadari bahwa setelah kunjungannya kita tidak akan
mampu lagi melakukan satu kebajikan sekalipun ? kita tidak akan mampu
shalat dua rokaat sekalipun ? Kita tidak akan mampu membaca al-Qur'an
satu ayatpun ? Kita tidak akan mampu bertasbih, bertahmid, bertahlil,
atau beristighfar satu kalipun. Kita tidak akan mampu berpuasa
seharipun, atau bersedekah meski sepeserpun. Kita tidak akan mampu
melakukan haji ataupun umroh lagi. Waktu beramal telah berlalu, yang
tertinggal adalah hisab dan pembalasan terhadap kebajikan atau dosa-dosa.

Rasulullah solallahu `alaihi wassalam bersabda :
"Perbanyaklah olehmu mengingat penghancur kenikmatan yaitu : mengingat
kematian". HR. Tirmidzi dan Nasa'i dan Ibnu Hibban menshohihkannya.
Saudaraku... Manakah persiapan kita untuk berjumpa dengan malaikat maut
? Manakah persiapan kita untuk menghadapi hal-hal dahsyat sesudah
kematian ? Dalam kubur, saat ditanya oleh dua malaikat, saat di Padang
Mahsyar, saat hisab, saat dibukanya lembaran catatan amal perbuatan,
saat meniti jembatan Ash-Shiroth, dan saat berdiri di hadapan Allah
'Aza wa Jalla.

Di waktu yang baik, sehabis shalat, sebelum tidur, saat mentadaburi
ayat-ayat-Nya ataupun di penghujung malam ketika kita bersimpuh pasrah
di hadapan-Nya, pernahkah terbayang seandainya saja kita mati dalam
keadaan yang buruk, mati dalam kubangan lumpur kemaksiatan, mati dalam
keadaan su'ul khatimah, sedangkan kita belum sempat untuk bertobat ?
dan siapkah kita menanggung azab kubur yang mengerikan ? na'udzubillah
min dzalik wallahu a'lam bisshowab.¨Ibnu Zainudin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Daftar Blog Saya