Jumat, 02 Desember 2011

Diperbudak Gadget

Insiden dimana ada orang yang menjadi korban hingga patah tulang terinjak-injak dalam kerumunan orang yang mengantri pembelian telepon genggam Blackberry, hanya terjadi di Indonesia. Fenomena ini menunjukan bahwa orang Indonesia tergila-gila pada gadget. Hanya untuk mendapatkan sebuah handphone dengan harga murah, mereka mengabaikan keselamatan diri sendiri.
Orang Indonesia memang konsumeritis, setiap ada barang baru, pasti berusaha memilikinya. Gaya hidup yang kebarat-baratan akibat salah sistem pendidikan, telah membuat penduduk Indonesia menerapkan standar yang tidak semestinya. Mereka tidak mau dibilang ketinggalan zaman. Apa pun yang berasal dari dunia Barat, langsung ditiru habis-habisan. Meski  harus mengorbankan hal penting lainnya.
Padahal kadang-kadang, apa yang ditiru ternyata sudah tidak berlaku di negara asalnya. Misalnya handphone Blackberry yang sudah tidak trendy lagi. Pemakaian Blackberry di Amerika Serikat sudah menurun drastis. Angka penjualan telepon genggam ini juga sangat merosot. Alhasil, banyak tipe handphone ini yang ditarik kembali. Maka sungguh lucu jika orang Indonesia masih saja terpukau oleh BB.
Di luar persoalan jenis telepon genggam, yang mencemaskan adalah perilaku orang Indonesia yang sudah kelewatan dalam menggemari gadget ini. Seolah-olah mereka tidak bisa hidup tanpa gadget. Apalagi mereka yang tinggal di kota besar. Tanpa telepon genggam saja, mereka bisa menjadi panik. Padahal itu hanyalah sebuah perangkat, buatan manusia juga, yang tidak menentukan mati hidupnya seseorang.
beberapa dampak buruk gadget
1.  mengundang bahaya
ketergantungan seseorang pada telepon genggam sangat mengundang bahaya. Pertama, menyebabkan kecelakaan. Handphone tidak pernah terlepas dari tangannya, bahkan ketika berada di pinggir jalan raya atau menyeberang. Sering orang-orang macam itu nyaris terserempet kendaraan yang lalu lalang. Kedua, mengundang kejahatan. Orang-orang yang keasyikan dengan telepon genggamnya tidak memerhatikan bahwa ada para kriminal yang mengincar dirinya. Apalagi jika sedang berada dalam kendaraan umum, seperti kereta, bis dan angkot. Ketiga, membahayakan orang lain. Misalnya orang yang sedang menyetir, masih saja menelepon dan sms sehingga tidak memerhatikan jalan raya dan akhirnya menabrak orang lain.. Di Amerika Serikat, kecelakaan semacam ini menempati peringkat tertinggi.
2.  Individualistis
Orang yang diperbudak gadget cenderung menjadi orang yang  bersifat individualistis, sangat egois. Ia tidak memerhatikan orang lain dan lingkungan sekitarnya. Ia tidak tahu apa yang terjadi di sekelilingnya. Bahkan telah mengurangi komunikasi verbal antar orang-orang terdekat, misalnya keluarga. Tak jarang orang menjadi senang di kamar seharian karena tak bisa lepas dari gadget. Ini bisa menyebabkan keakraban keluarga menjadi renggang.
3.  Merusak kesehatan
Banyak orang, terutama para remaja, yang tak bisa melepaskan handphone sampai ke tempat tidur. Ini membuat seseorang kurang tidur atau tidak bisa tidur nyenyak. Istirahat yang tidak berkualitas menyebabkan tubuh menjadi lesu. Akhirnya otak tidak bisa berpikir dengan baik, prestasi dan produktivitas menurun. Belum lagi soal radiasi. Terlalu lama menelepon membuat telinga terkena radiasi. Begitu pula dengan mata, apabila terus menerus melihat pada layar monitor.
4.  Merusak konsentrasi
Saat seseorang sedang belajar atau bekerja, tiba-tiba perangkat gadgetnya berbunyi. Maka orang itu pasti beralih kepada gadget tersebut. Hal ini bisa merusak konsentrasi terhadap apa yang sedang dilakukan.
Teknologi, termasuk gadget memang telah menjadi suatu kebutuhan, tetapi bukan yang utama. Karena itu kita harus menyesuaikan diri. Orang yang bijak adalah orang yang bisa mendalikan diri, menggunakan teknologi sesuai dengan keperluannya. Jangan sampai terjadi sebaliknya, menjadi budak teknologi.  Gadget tidak boleh merampas kehidupan anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Daftar Blog Saya