Menamakan diri Oi, komunitas massa
ini menjadi kekuatan yang diperhitungkan. Tak hanya sebagai pecinta Iwan
Fals, mereka pun menjadi 'incaran' partai politik...
Sudah menjadi pemandangan lazim, jika ada seorang artis mempunyai fans. Bak dua sisi mata uang, mereka selalu menempel dan tak bisa terpisahkan. Bagi sang artis, dirinya tidak akan bisa populer tanpa adanya fans, sedangkan untuk fans merupakan suatu kehormatan bagi mereka jika bisa berkenalan atau pun dekat dengan artis pujaan mereka.
Sama halnya seperti Oi, komunitas penggemar musisi Iwan Fals ini memang dikenal begitu loyal dengan Iwan Fals. Dimana Iwan mengadakan konser di situ pasti ada anak-anak Oi, yang selalu setia memberikan dukungan.
Oi sendiri berdiri melalui jambore pertama pada 16 Agustus 1999, yang diadakan di kediaman Iwan Fals di Jl Leuwinanggung No.19, Bogor. Saat itu, hadir 300 perwakilan fans Iwan Fals dari seluruh Indonesia dalam jambore tersebut. Iwan Fals sebagai artis yang diidolakan, memberikan 3 opsi kepada fansnya untuk memilih mau menjadi organisasi massa, menjadi partai politik atau menjadi fans club.
“Setelah berembuk, kita memilih untuk menjadi organisasi massa. Karena kita anggap dengan menjadi organisasi massa, kita bisa bermanfaat untuk masyarakat luas,” kata Al Hafiz Rana, Ketua I Badan Pengurus Pusat Oi.
Menurut Hafidz, sebenarnya kata 'Oi' sendiri tidak memiliki arti, kata itu sering digunakan oleh Iwan Fals untuk menyapa para fansnya ketika di atas panggung. Lambat laun, kata itu pun diplesetkan oleh penggemarnya menjadi 'Orangnya Iwan', 'Om Iwan' atau 'Orang Indonesia'.
Saat ini, Oi telah memiliki member sebanyak 350 ribu anggota yang tersebar di seluruh Indonesia. Belum termasuk jumlah fans yang belum bergabung di Oi. Mereka disebut fals mania, jumlah mereka pun cukup banyak, yakni sekitar 5 sampai 6 juta orang.
”Angka tersebut kita dapat dari rata-rata jumlah penggemar fals mania yang datang di setiap acara konser Iwan Fals,” ujar Hafiz.
Melihat infrastruktur yang sudah terbangun dengan rapi dan jumlah massa yang menggiurkan, tak sedikit tokoh partai politik 'sowan' ke Iwan Fals untuk membujuk Oi ikut berpolitik.
Menanggapai hal ini, Hafidz sendiri mengaku pihaknya sebenarnya mau-mau saja jika Oi di jadikan partai politik. Namun, dia mengatakan, sebaiknya sebelum Oi dijadikan parpol terlebih dahulu merapihkan organisasinya. Terutama, agar siap secara mental atau pun struktural.
Berkaitan dengan kegiatan, saat ini Oi memiliki beragam kegiatan yang menarik. Mereka memiliki program kegiatan yang diberi nama “SOPAN” yakni Seni, Olahraga, Pendidikan, Ahlak dan Niaga.
Untuk kegiatan yang berkaitan dengan Seni, setiap wilayah komunitas Oi diwajibkan untuk membuat wadah atau kegiatan yang berkaitan dengan seni. Seperti acara live music, belajar bermain musik ataupun teater.
Dalam bidang olahraga, komunitas ini pun secara rutin mengadakan kegiatan pertandingan futsal. Baik per wilayah atau antar wilayah. “Biasanya setiap 3 tahun sekali kita mengadakan pertandingan futsal yang melibatkan seluruh wilayah Oi se-Indonesia,” kata Hafiz.
Dalam hal Pendidikan, setiap Oi per wilayah juga diwajibkan untuk membuat suatu kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan seperti belajar bersama, atau pun mengadakan workshop. Nah, kalau di bidang Ahlak, setiap Oi di wilayah juga diwajibkan mengadakan kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan moral, seperti mengaji bersama.
Untuk urusan Niaga, komunitas ini melatih diri untuk menjadi enterpreneur yang baik. Semisal, menjual beragam merchandise, seperti t-shirt, topi, tas dan lain-lain. “Dengan adanya kegiatan ini, kita dapat dilatih untuk mandiri dan memiliki kemampuan,” jelas Hafiz.
Menepis stigma negatif
Banyak anggapan yang bermunculan, jika Oi sering terlibat aksi kekerasan dalam setiap konser Iwan Fals. Menanggapi hal ini, Hafiz mengatakan secara tegas, bahwa itu bukanlah anggota Oi. Karena, setiap anggota Oi sudah pasti akan didata dan dibina sehingga tidak akan terlibat dalam setiap tindakan kekerasan.
Hafiz mengatakan, biasanya yang melakukan aksi kekerasan tersebut adalah fans liar Iwan Fals atau yang biasa disebut sebagai fals mania. Mereka adalah orang-orang yang hanya ingin mendengarkan lagu dan menonton konsernya saja, tanpa harus terikat dengan organisasi.
“Saat ini, hal tersebut memang merupakan ‘PR’ besar kami untuk bisa merangkul dan membina fals mania. Sehingga tidak membuat citra penggemar Iwan Fals buruk di mata publik,” tandas Hafiz meyakinkan. (Sbh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar